Renovasi Rumah – Sebuah Perjalanan Roller Coaster Fisik dan Mental

Sejak hari pertama kami masuk ke rumah kami di tahun 2016, kami tahu bahwa minimal lima tahun lagi kami harus renovasi rumah. Kenapa? ya you know lah, bangunan-bangunan perumahan yang dibangung oleh developer di tahun-tahun tersebut terkesan dibangun asal jadi. Arsitekturnya juga mungkin sederhana saja. Belum lagi masalah material, kusen dari kayu seadanya (yang pasti bakal dirayapin) hingga jalur pembuangan air yang gak mungkn gak bermasalah, hehehhe.

Jadi memang kami sudah ancang-ancang untuk renovasi rumah 5 atau 6 tahun ke depan (artinya tahun 2021 atau 2022). Waktu itu dengan kondisi 2 anak, rumah masih sangat cukup. Rumah pertama kami terdiri atas 2 kamar dan 1 kamar ART, ditambah 2 kamar mandi. Bangunannya sederhana tp Alhamdulillah masih ada sisa tanah cukup lumayan di samping dan depan rumah. Total luas tanah 198m2 dan luas bangunan utama kira-kira 70m2. Begitu masuk 2017, eh saya hamil lagi ehehehe, jadilah brojol total jendral 3 anak. 5 anggota utama keluarga (saya, suami dan 3 anak) plus 2 ART saat itu (karena anak masih kecil-kecil dan ada bayi sementara saya dan suami bekerja full time) dirasa terlalu crowded untuk luasan rumah dan jumlah kamar saat itu.

Terlebih begitu masuk pandemi covid-19 di awal 2020. Awal-awal WFH lumayan challenging adaptasinya. Saya dan suami musti bergantian ruangan kerja, kadang saya di living room tp bentrok dengan anak-anak yang sekolah online juga. Jadi backsound saat meeting online suara anak2 rebutan, nangis, lompat2, drombeng2, sudah biasaaaa… *padahal dalam hati stress bangeeeet *LOL*

Awal 2020 juga merupakan awal saya baru belajar financial planning secara serius. Kalau sebelumnya pembagian sederhanya aja ala : SAVING : LIVING : PLAYING, begitu “lulus” belajar financial planning di sebuah lembaga pendidikan khususu finplan saya mulai memetakan lebih serius kondisi keuangan keluarga. Salah satunya budget renovasi rumah yang beneran gak sedikit. Saya mulai nabung reksadana, deposito, P2P lending, sampe nabung saham. Tentu dengan tujuan keuangan yang berbeda-beda (dana pendidikan anak, dana pensiun, dan dana renovasi). Untuk renovasi rumah, karena waktu itu blm tahu mau kapan akan renov (asumsi 2 tahun kemudian artinya 2022 kami baru mulai renov) maka saya tabung sebagian di RDPU (Reksa Dana Pasar Uang), Sukuk Tabungan dan Reksa Dana Saham.

Di awal 2021, entah kenapa kami hitang-hitung budget sudah terkumpul 70% dari total target dana renovasi. Suami bilang udahlah kita mulai cari arsitek aja nyoba design dulu supaya ketahuan RAB berapa. Kami lalu survei arsitek dan kontraktor, ndilalah ada teman kantor yang memang punya usaha sampingan mbangun2 rumah. Kami sempat survei ke beberapa rumah/project yang sudah pernah dikerjakan oleh kontraktor tersebut, nanya2 pemiliknya (yang kebetulan temen juga) dan sepertinya cocok. jadilah kami deal design dulu di arsiteknya, namanya mas Faisal.

Karena kondisi sudah pandemi, praktis kegiatan koordinasi dilakukan secara online. Butuh waktu sekitar 2 bulan sampai akhirnya kami deal untuk design dan RAB nya. Meski dana belum ready 100%, tp kami bismillah mulai renov (bermodal YAQIN) habis lebaran haji/idul adha. Alhamdulillah proses renovasi bisa dimulai di pertengan Agustus 2021.

Untuk tema rumah sendiri karena kami campur2 (suami maunya scandinavian minimalis, saya lebih ke industrialis) akhirnya arsitek menyebut tema rumah kami dengan modern kontemporer. Mood board nya warna natural dan earth-tone : cement look, hitam, putih, wood dan sedikit warna hijau. Progress saat ini sudah di tahap finishing. Tentu perjalanan dari awal renovasi hingga saat ini lumayan sih dramanya. Mulai dari nyari kontrakan yang sesuai, pindahan (ada barang kami yang gak bisa kami bawa karena gak muat di rumah kontrakan dan terpaksa kami tinggal untuk bapak tukang yang bongkar), drama di rumah kontrakan (yang ada rusak lah, konlset lah jadi kami kayak combo budget utk mbenerin rumah kontrakan jg). Belum masalah seputar finishing yang lumayan bikin kembang kempis nafas. Cat yang gak sesuai, septitank yang ternyata harus bikin baru, sampai budget yang udah over dari RAB huhuhuhuh.

Tapi jadi banyak belajar sih, terutama gimana mengklopkan keinginan saya dan suami. Sama-sama cari jalan pas uah waktunya bayaran eh uang cash kita blm cukup. Tapi tentu pertolongan Allah itu memang datang di saat yang tepat. Saat ini sedang belajar menahan diri untuk gak BM (Banyak Mau, hahahha) mulai dari milih gorden hingga furniture. Belajar membedakan dan sadar mana kebutuhan mana keinginan. Niat kami rumah ini jga bisa jadi tempat belajar kami untuk hidup minimalis : menggunakan dan mengoptimalkan barang yang sudah ada dan benar2 beli kalau butuh (well ya meskipun saya udah jebol budget duluan di bagian dapur hahahahahha tp ini sudah kesepakatan saya dari awal, untuk masalah dapur budget full dari saya karena saya ada dapur impian yang ingin saya wujudkan hehehe).

Gak bisa langsung jadi minimalis sih. On the way. Kami berproses dan semoga proses finisihing rumah kami ini menjadi short course buat kami. Doakan ya teman-teman mudah-mudahan dalam waktu dekat rumah kami segera selesai dan kami bisa menempati kembali. Semoga rumah kami juga bisa menjadi tempat berkarya dan bertumbuh serta menjadi tempat penuh kedamaian dan kebahagiaan bagi seluruh anggota keluarga. Aamiin. Finger crossed!

Yang mau mengikuti progress renovasi rumah kami, bisa cek di instagram casa.de.97 ya :).



Leave a comment

About Me

Afi is a working mother with three children enjoying life’s roller coaster. She loves learning and studying something new, even though sometimes she gets dizzy thinking about studying. She is confident as an extrovert, although she sometimes feels introverted at the same time. Likes books, although occasionally lazy to finish them. Likes to travel, only if with children and husband. The office worker who avoids business trips for fear of sleeping alone in a hotel room. :)

Buletin